Beranda > Pembelajaran > Model Pembelajaran Tematik

Model Pembelajaran Tematik


Workshop di  LPMP

Pose Bareng Widyaiswara (tengah)

Baru-baru ini penulis menjadi peserta workshop penyusunan  Silabus dan RPP di kota kabupaten. Dalam pertemuan workshop tersebut para peserta mendapat materi pokok Silabus dan Pengembangan Silabus serta materi Pembelajaran Tematik. Adapun materi pembelajaran tematik juga pernah penulis terima ketika mengikuti workshop Guru pemandu KKG SD in service 2 di LPMP Jawa Tengah, Srondol Semarang. Nah, pembahasan apa dan bagaimana dengan pembelajaran tematik akan dipaparkan berikut ini.

A. Latar Belakang Pembelajaran Tematik

Saat ini pelaksanaan kegiatan pembelajaran di kelas I, II dan III SD untuk setiap mata pelajaran dilakukan secara terpisah, misalnya pembelajaran IPA 2 jam pelajaran, IPS juga 2 jam pelajaran dan Bahasa Indonesia 2 jam pelajaran. Dalam pelaksanaan kegiatannya dilakukan secara murni mata pelajaran yaitu hanya mempelajari standar kompetensi dan kompetensi dasar yang berhubungan dengan mata pelajaran tersebut. Padahal peserta didik yang berada pada sekolah dasar kelas satu, dua dan tiga masih berada pada rentangan usia dini. Artinya pada usia ini seluruh aspek perkembangan kecerdasan seperti IQ (Intelegency Quetions), EQ ( Emotional Quetions) dan SQ (Social Quetions) tumbuh dan berkembang dengan pesatnya. Namun pada umumnya tingkat perkembangannya masih melihat segala sesuatu sebagai satu kesatuan (holistik) serta mampu memahami hubungan antara konsep secara sederhana. Maka proses pembelajaran masih bergantung kepada objek-objek nyata/konkret dan pengalaman yang dialami secara langsung.

Sesuai dengan tahapan perkembangan anak yang masih melihat segala sesuatu sebagai suatu keutuhan (holistic), maka dirasakan bahwa pembelajaran yang menyajikan mata pelajaran secara terpisah akan cenderung menyebabkan kurang mengembangkan anak untuk berfikir holistik dan membuat kesulitan bagi anak didik.

Dengan pelaksanaan kegiatan seperti yang disebutkan di atas, muncul permasalahan pada kelas rendah (Kls.I-III) antara lain tingginya angka mengulang kelas dan putus sekolah. Angka mengulang kelas dan angka putus sekolah peserta didik kelas I SD jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kelas yang lain. Data tahun 1999/2000 memperlihatkan bahwa angka mengulang kelas satu sebesar 11,6% sementara pada kelas dua 7,51%, kelas tiga 6,13%, kelas empat 4,64%, kelas lima 3,1%, dan kelas enam 0,37%. Pada tahun yang sama angka putus sekolah kelas satu sebesar 4,22%, masih jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan kelas dua 0,83%, kelas tiga 2,27%, kelas empat 2,71%, kelas lima 3,79%, dan kelas enam 1,78%. Angka nasional tersebut semakin memprihatinkan jika dilihat dari data di masing-masing propinsi terutama yang hanya memiliki sedikit Taman Kanak-kanak. Hal itu terjadi terutama di daerah terpencil. Pada saat ini hanya sedikit peserta didik kelas satu Sekolah Dasar yang mengikuti pendidikan prasekolah sebelumnya. Tahun 1999/2000 tercatat hanya 12,61% atau 1.583.467 peserta didik usia 4-6 tahun yang masuk Taman Kanak-kanak, dan kurang dari 5 % Peserta didik berada pada  pendidikan prasekolah lain.

Permasalahan tersebut menunjukkan bahwa kesiapan sekolah sebagian besar peserta didik kelas awal sekolah dasar di Indonesia cukup rendah. Sementara itu, hasil penelitian menunjukkan bahwa peserta didik yang telah masuk Taman Kanak-Kanak memiliki kesiapan bersekolah lebih baik dibandingkan dengan peserta didik yang tidak mengikuti pendidikan Taman Kanak-Kanak. Selain itu, perbedaan pendekatan, model, dan prinsip-prinsip pembelajaran antara kelas satu dan dua Sekolah Dasar dengan pendidikan pra-sekolah dapat juga menyebabkan peserta didik yang telah mengikuti pendidikan pra-sekolah pun dapat saja mengulang kelas atau bahkan putus sekolah.

Atas dasar pemikiran di atas dan dalam rangka implementasi Standar Isi yang termuat dalam Standar Nasional Pendidikan, maka pembelajaran pada kelas awal Sekolah Dasar yakni kelas satu, dua dan tiga akan lebih sesuai jika dikelola dalam pembelajaran terpadu melalui pendekatan pembelajaran tematik. Untuk itu diperlukan pedoman pelaksanaan model pembelajaran tematik untuk kelas I hingga kelas III  pada tingkat SD/MI. Hal ini penting, untuk memberikan gambaran tentang pembelajaran tematik yang dapat menjadi acuan dan contoh konkret.

B.  Tujuan

Tujuan penyusunan panduan pengembangan silabus tematik pada kelas awal Sekolah Dasar adalah sebagai berikut:

  1. Memberikan pengetahuan dan wawasan tentang pembelajaran tematik.
  2. Memberikan pemahaman kepada guru tentang pembelajaran tematik yang sesuai dengan perkembangan peserta didik kelas awal Sekolah Dasar.
  3. Memberikan keterampilan kepada guru dalam menyusun perencanaan,  melaksanakan dan melakukan penilaian dalam pembelajaran tematik.
  4. Memberikan wawasan, pengetahuan dan pemahaman bagi pihak terkait, sehingga diharapkan dapat memberikan dukungan terhadap kelancaran pelaksanaan pembelajaran tematik

C. Ruang Lingkup

Ruang lingkup pengembangan pembelajaran tematik meliputi seluruh mata pelajaran pada kelas I – III Sekolah Dasar, yaitu: Pendidikan Agama, Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, Pendidikan Kewarganegaraan, Ilmu Pengetahuan Sosial, Seni Budaya dan Keterampilan, serta Pendidikan Jasmani,Olahraga dan Kesehatan.

Materi ini disarikan dari ‘Workshop Guru Pemandu KKG in service 1’ di LPMP Jawa Tengah.

Kategori:Pembelajaran Tag:
  1. faried
    26 April 2011 pukul 16:50

    tolong pak minta MODEL PEMBELAJARAN PAIKEM dan TEMATIK untuk kelas 2. TERIMA KASIH SEBELUMNYA

  2. faried
    26 April 2011 pukul 17:01

    jika ada minta kirim ke email delfaried@yahoo.co.id

  1. No trackbacks yet.

Tinggalkan komentar